Seorang bijak duduk merenung sambil memandangi sekeping koin emas miliknya. "Untuk apa koin terus kusimpan, bukankah akan lebih berguna jika kuberikan kepada seseorang yang lebih membutuhkannya?." gumamnya dalam hati. Beberapa saat kemudian ia berdiri dan berjalan- jalan.
Di perjalanan ia bertemu dan berbincang- bincang dengan seorang gadis kecil, kemudian ia memberikan koin emasnya. Mata gadis kecil itu tidak berkedip saat menerima koin emas tersebut, ia tak percaya bahwa koin itu kini menjadi miliknya. Ia pun pulang dengan satu tekad, "Koin ini akan kuberikan kepada mama, dia tentu akan senang karena bisa membeli kebutuhan hidup kami."
Ibu gadis kecil itu sangat senang menerima koin emas tersebut dan dia bersiap- siap pergi ke kota untuk berbelanja. Di perjalanan hatinya berbelaskasihan saat melihat seorang tunawisma yang meringkuk kedinginan. "Mungkin koin ini lebih baik kuberikan kepadanya,toh Tuhan masih memberkati keluargaku dengan rumah, pakaian dan makanan yang layak, pikirnya.
Ia pun mengambil koin emas itu dan memberikannya kepada si tunawisma. Si tunawisma merasa sangat beruntung, ia seperti mendapat durian runtuh. Digenggamnya koin emas itu erat- erat dan ia berjalan tertatih- tatih menuju tempat kumuhnya.
Di tempat kumuh ia mendapati penghuni baru, seorang pria yang buta dan buntung, yang duduk dengan wajah sedih, "Aku jauh lebih beruntung dari orang ini, tadi aku tidak memiliki apa- apa sebelum menerima koin emas ini. Kalau aku memberikannya kepada pria ini, sesungguhnya aku tidak rugi karena aku mendapatkannya dengan cuma- cuma. Tuhan pasti masih memeliharaku walau tanpa koin emas ini," kata si tunawisma yang murah hati itu sambil memberikan koinnya ketangan si buta.
Sore harinya si orang bijak tadi berjalan- jalan ketempat kumuh dan berbincang- bincang dengan si buta pemilik koin emas itu. Ia memperlakukan si buta seperti sahabatnya sendiri, sehingga hati si buta yang dingin menjadi hangat. Ia merangkul si buta dan berkata,"Sobat, sekarang aku tidak memiliki barang yang berharga untuk kuberikan kepadamu selain dari persahabatan." Mendengar itu kini si buta tahu bahwa di dunia ini masih ada orang yang peduli kepadanya, bahkan menganggapnya sebagai sahabat.
Ia menangis karena bahagia, persahabatan yang di nyatakan si orang bijak itu kini telah mengusir kegelapan dari hatinya. Ia mendekati si orang bijak dan menyelipkan koin emas miliknya sambil berkata,"Ini, terimalah sebagai tanda persahabatan kita."
Memberi adalah suatu tindakan yang tidak pernah merugikan si pemberi. Siapapun yang memberi dengan iman dan hati yang bersukacita, terutama kepada orang yang lemah, akan menerima kembali apa yang sudah di berikannya (Ams 19 : 17). Saat pemberian kita memenuhi kebutuhan orang lain, maka Tuhan akan memenuhi kebutuhan- kebutuhan kita. Karena itu belajarlah untuk menjadi seorang pemberi, bukan seorang yang selalu di beri.
APAPUN YANG ANDA BERIKAN AKAN DIBERIKAN TUHAN KEMBALI KEPADA ANDA, BAHKAN BERLIPAT KALI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar