Sabtu, 04 Mei 2013

KETIKA SESAL TAK LAGI BERGUNA

   
   
Dari pernikahanku dengan Kania, kami memilki seorang putri yang diberi nama Kamila. Kamila tumbuh menjadi anak yang lincah. Suatu kali Kamila merengek- rengek minta di belikan bola dan aku membelikannya. Disuatu siang, saat menjemput Kamila dari sekolah, aku melihat puteriku begitu asik menendang bola hingga ke tengah jalan. Tatkala melihat sebuah truk akan menabraknya, aku berlari untuk menyelamatkannya. Seketika truk bermuatan pasir itu menghantam tubuhku hingga aku tak sadarkan diri.

Waktu sadar kedua kakiku sudah di amputasi. Tanpa kaki aku tak bisa lagi bekerja, karena aku bekerja sebagai pengantar barang kerumah konsumen. Setelah peristiwa itu perekonomian keluargaku morat- marit. Uang pesangon dan tabungan kami segera ludes.

Kania akhirnya memutuskan pergi ke Malaysia untuk bekerja. setelah setahun pergi, Kania tak pernah lagi memberi kabar. Dengan segala keprihatinan aku bekerja serabutan dengan tanganku dengan menggunakan tanganku. Suatu hari Kamila mengatakan bahwa dia juga ingin menjadi TKI ke Malaysia. Aku pun tak kuasa menghalanginya. Aku hanya berdoa agar putriku baik- baik saja.

Hampir tiga tahun sudah Kamila di sana. dia tidak pernah telat mengirimiku uang. Dia tidak suka pada sikap tuannya yang sudah 4 kali menikah. Kamila bilang dia ingin pulang karena dia sering di ganggu.
Aku senang  mengetahui itu, tetapi aku sangat terkejut saat mendapat surat yang mengabarkan bahwa Kamilaku diancam hukuman mati karena telah membunuh tuannya.

Aku pergi ke Malaysia karena Kamila ingin aku ada di sisinya di saat- saat terakhirnya. Kamila sangat kurus. Saat aku masuk ia memelukku erat, seolah tak ingin melepasku. "Bapak, Mila takut," katanya lirih.
Ternyata tuannya ingin meniduri Kamila, tapi Kamila mendorongnya hingga ia terjatuh dari jendela kamar dan mati. Aku tak bisa berbuat apa- apa karena istri lelaki itu menuntut Kamila dihukum mati. Aku sudah berusaha menemui wanita itu, tapi ia tak sudi menemuiku.
     
Saat Kamila menjalani hukuman gantung, wanita itu hadir. seorang petugas mengatakan bahwa ia ada di belakangku, tapi aku tak ingin melihatnya. Setelah jenazah putriku diturunkan, wanita itu berjalan menghampiri jenazah. Aku mendongakkan kepalaku dan dengan mataku yang samar oleh air mata, aku melihat wajah yang kukenal.'' Kania..." "Mas Har. kau..." "Kau membunuh anakmu sendiri, Kania!" "Dia...Mila?" serunya getir. "Ya, dia Mila kita, Mila ingin menjadi pemain bola..." "Tidak...tidak....." kata Kania. Ia mengguncang tubuh Kamila sambil menjerit histeris.
   
Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di tangan Kamila.
"Terimakasih Mama," itulah isinya. Ternyata Kamila tahu bahwa majikannya adalah ibunya sendiri.

Adakalanya penyesalan sama sekali tak berguna, karena itu biarlah kita belajar menjadi lebih bijak, berlapang dada dan penuh pengampunan dalam menjalani hidup yang penuh ujian ini.


JIKA KITA TERUS BERUPAYA BERLAKU BENAR DAN MENGAMPUNI
TIDAK AKAN ADA PENYESALAN YANG FATAL DALAM HIDUP INI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar