Peristiwa ini benar- benar terjadi. Sebuah keluarga masuk ke dalam rumah makan. Mereka terdiri dari papa, mama dan ke 3 anaknya. Begitu mendapatkan tempat duduk, hal pertama yang mereka lakukan adalah mengeluarkan gadget ( perangkat elektronik) dan asik memainkannya, kecuali si bungsu.
Sang papa sibuk membalas pesan yang masuk. Si mama hanyut dalam obrolan lewat Blackberry. Sementara ke dua anak sangat antusias memainkan game di perangkat android. Sedangkan si bungsu bingung mencari aktivitas. Mungkin karena masih terlalu kecil, dia belum dipercaya memegang gadget. Dia mencoba melihat ke layar kakak- kakaknya tapi segera di tepis. Ketika mencari perhatian dari papa dan mamanya, dia hanya mendapatkannya sesaat saja.
Perangkat komunikasi dapat memperpendek jarak batin antara orang- orang yang secara fisik berjauhan. Bayangkan, kini kita dapat mengirim pesan ke belahan bumi lain dalam hitungan detik. Kita juga dapat mengobrol dengan bertatap muka dengan teman yang tinggal di luar negeri dengan biaya yang sangat murah.
Sayangnya, perangkat ini juga dapat menjauhkan batin di antara orang- orang yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti dialami oleh keluarga dalam cerita diatas. Secara fisik mereka berdekatan, namun perhatian mereka teralih pada gadget mereka. Tujuan mereka mencari makan di luar tentu bukan sekedar mencari makanan enak, tetapi juga untuk menikmati kebersamaan di dalam keluarga.
Akan tetapi ada kecenderungan bahwa saat itu perhatian antara sesama anggota keluarga dirampas oleh perangkat elektronik.
Firman Tuhan menasehati agar kita saling mendorong dalam perbuatan baik. Hal ini dapat dilakukan jika kita saling memperhatikan. Kita tidak mungkin mendorong atau memotivasi orang lain tanpa memberikan contoh yang baik. Sayangnya, ada gejala orang- orang yang a-sosial karena pengaruh gadget. Kita tidak harus anti gadget, tetapi yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkannya dengan bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar