Selasa, 24 September 2013

MENGINGAT KEBAIKAN








Alkisah seorang pria mengeluh soal rumah tangganya kepada sang ayah, yang notabene sudah 30 tahun berumah tangga dan hampir tak pernah ia lihat bertengkar dengan ibunya.
Sang ayah kemudian mengeluarkan sebuah buku tua dengan tulisan yang semrawut di dalamnya. Ya, itu adalah tulisan ayah si pria itu. Pria tersebut membaca halaman demi halaman. Isinya ternyata hanya hal- hal sepele.

Satu buku penuh berisi tentang kebaikan sang istri. " Ibumu kalau marah juga suka mengomel. Namun aku terbiasa menuliskan semua kebaikannya sehingga saat aku kesal. Aku pun membaca dan merenungkannya kembali sampai kesalku hilang. Pernah juga kertasnya sobek karena hatiku penuh amarah saat menulis." Begitulah kata sang ayah.
Pria itupun penasaran apakah ibunya pernah membaca tulisan sang ayah. Sang ayah tertawa, " ibumu juga punya buku tentang semua kebaikanku dan kami sering bertukar buku, lalu saling menertawakan."

Ukirlah kebaikan seseorang di atas batu, tetapi tulislah kesalahannya di atas pasir. Maka dengan mudah tulisan di atas pasir tersebut akan terhapus. Terkadang kita memang lebih sering mengingat kesalahan orang lain dari pada kebaikannya. Satu kesalahan mampu menghapus dua kebaikan, namun satu kebaikan tidak cukup untuk membuat kita lupa akan kesalahan seseorang.

Dalam hidup rumah tangga pasti ada perbedaan dan pertengkaran. Namun, seseorang menikah tentu bukan agar bisa leluasa marah kepada pasangannya, melainkan untuk saling mengasihi dan menghormati. Tujuan kita menikah tidak untuk diisi dengan kemarahan demi kemarahan bukan? Oleh karena itu, isilah buku pernikahan anda dengan kebaikan- kebaikan dari pasangan anda dan maafkanlah kesalahannya.


Ukir semua kebaikan pasangan kita di atas batu, dan tulis semua keburukannya di atas pasir. Ingat selalu semua kebaikan- kebaikan pasangan kita, maka yang buruk akan berlalu dan menjadi satu  kebaikan seperti apa yang menjadi doa kita. Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar