Senin, 16 Desember 2013

MENJADI SATU TIM

  
Pernikahan bagaikan menerbangkan sebuah pesawat. Suami adalah pilot dan istri adalah co-pilot. 
Pilot mengambil segala keputusan dan tindakan berdasarkan keselamatan pesawat dan seluruh isinya, dan co - pilot mendukung tugas pilot sebagai partner terpenting.
Yang mereka lakukan untuk sampai ketujuan dengan selamat adalah bekerjasama sebagai satu tim.

Ketika dua orang masuk dalam pernikahan, tetapi tidak mau menyatukan pikiran, hati dan tindakan kepada satu tujuan yang sama, sesungguhnya mereka sedang mengarahkan " pesawatnya" menuju tabrakan besar yang mengorbankan seluruh anggota keluarganya.

Tujuan Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, salah satunya adalah adanya pernikahan, dimana laki-laki dan perempuan akan hidup dalam persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing- masing, serta berlangsung seumur hidup.
      

Pernikahan bukan sebuah kontrak yang berlaku hanya sampai batas waktu tertentu, dan tak dapat dibubarkan begitu saja. Persekutuan sejati takkan terjalin kecuali pihak- pihak yang bersekutu telah mencapai persetujuan bersama.
Banyak pasangan yang ingin bercerai, mereka bercerai karena sudah tidak ada kecocokan lagi, bahkan karena terlalu banyak perbedaan diantara mereka.

Bukankah mereka memang dua individu yang berbeda? Tentu saja ketidakcocokan dan perbedaan itu pasti ada. Tetapi dua telah menjadi satu, maka sebagai kesatuan capailah kesepakatan agar pesawat pernikahan anda dapat meneruskan perjalanan hingga selamat sampai tujuan.

Diakhir zaman ini, iblis mencari berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan. Jaga pernikahan anda jangan sampai hancur, jalin terus komunikasi dan kesetiaan kepada pasangan anda. Bawa pesawat pernikahan anda dengan perjalanan yang aman dan penuh cinta kasih.
Masih ada waktu untuk untuk memperbaiki semuanya, sebelum terlambat.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Markus 10 : 8

Selasa, 10 Desember 2013

TUJUAN PERNIKAHAN





Menikah adalah impian setiap orang. Apalagi kalau itu bisa terjadi tepat sesuai dengan rencana yang kita buat. Kita segera menemukan pasangan hidup terbaik kita, kemudian meresmikan hubungan itu ke dalam pernikahan yang kudus.

Alangkah indahnya bila itu terjadi. Mimpi kita untuk menikah dengan pasangan hidup dan menjalani hidup sampai akhir hayat kita dengan orang yang kita cintai menjadi kenyataan.
Itu adalah hal yang  sangat luar biasa.

Setelah itu impian yang berikutnya adalah segera mendapatkan keturunan. Diawal- awal pernikahan, ketika harapan mereka untuk mendapatkan keturunan belum juga terjadi, rumah tangga itu masih bisa aman. Ketika usia terus bertambah, namun tidak juga mendapat keturunan, mereka pun mulai berpikir bahwa pernikahan mereka telah gagal.

Sebagian orang akan memakai hal ini sebagai alasan untuk menikah lagi untuk kedua kalinya. Inilah potret kehidupan yang terjadi hari- hari ini, dan itu juga banyak terjadi didalam pernikahan anak- anak Tuhan. Orang menikah mengatasnamakan cinta dan meminta restu dihadapan Tuhan, tetapi hanya gara- gara belum juga mempunyai keturunan, mereka kecewa kepada pasangannya dan memutuskan untuk berpisah.

Pernikahan bukanlah peternakan anak, sekalipun memang wajar jika kita berharap akan lahirnya anak- anak dari pernikahan kita. Namun, tujuan utama sebuah pernikahan bukanlah untuk mempunyai anak.

Sebuah pernikahan, dimana Tuhan punya tujuan yang jauh lebih penting dari pada sekedar memiliki keturunan. Tujuan Tuhan menciptakan pasangan buat manusia, yaitu sebagai penolong.
Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, menunjukkan sebuah hubungan erat, bahwa istri adalah bagian hidup suami, bukan sekedar alat pemuas nafsu dan pabrik pembuat anak.

Tuhan melengkapi kita  dengan seorang pasangan agar kita bisa saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling menolong. hubungan itu kelak bisa menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan. Ingat janji pernikahan yang pernah kita ucapkan, itu tujuan pernikahan yang sebenarnya, jadi bukan sekedar untuk memperoleh keturunan.

Sesungguhnya, anak adalah anugrah dan pemberian Tuhan. Jangan tawar hati jika sampai saat ini kita masih belum dikaruniai seorang anak. Biarlah itu terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, Sang Pemberi. Yang penting adalah kita menyadari pernikahan sebagai tempat dimana kita bisa bersama dengan pasangan memuliakan nama Tuhan, dan bersama- sama seiring sejalan melakukan kehendak Tuhan atas hidup kita.

Senin, 02 Desember 2013

TETAP JAGA KOMUNIKASI


Bunga pada tanaman mendapatkan kehidupannya dari getah yang mengalir melalui akar.
Bila bunga itu di petik dan dibiarkan terlepas dari tangkainya, bunga itu akan mati.
Itulah bagian dari kehidupan ini. Terputusnya komunikasi antara akar dengan bunga menyebabkan kematian.
Demikian pula bila komunikasi antar pasangan suami istri terhenti, maka pernikahan merekapun akan mati, dan hasilnya seringkali adalah perceraian.

Seberapa sering kita berkomunikasi dengan pasangan kita? Apakah kesibukan kerja membuat kita mulai pelit untuk sekedar telepon atau SMS?.
Dulu sewaktu pacaran, rasanya tidak tenang kalau tidak berkomunikasi dengan pacar. Ada saja hal yang bisa dibicarakan, sehingga sekalipun ada konflik, biasanya konflik itu akan bisa segera diselesaikan. Sayangnya, kebiasaan baik itu kadang terhenti setelah menikah cukup lama.

Firman Tuhan banyak diawali dengan kata ''saling''. Ini menunjukkan kita perlu orang lain untuk bisa melakukan hal ini. Salah satunya saling mengasihi. Bukti kita mengasihi adalah kita memberikan sesuatu kepada orang lain. Kalau kita bisa berkata ''i love you'' kepada pasangan kita, namun malas berkomunikasi dengan pasangan kita, maka kasih kita patut diragukan.

Marilah saling mengasihi dengan kasih yang tulus, terutama kepada pasangan kita. Jangan pernah mendiamkan satu masalah dan berasumsi negatif kepada orang- orang yang kita kasihi.
Sesibuk apapun kegiatan kita, tetap jaga komunikasi dengan Tuhan, anggota keluarga dan pasangan kita.