Senin, 08 April 2013

BEJANA YANG RETAK


Seorang pembawa air di India memiliki dua buah bejana besar yang setiap hari menggantun di ujung- ujung pikulan yang di bawanya di atas bahunya. Salah satu bejana itu memiliki retakan, sedangkan satunya lagi sempurna dan selalu berhasil membawa penuh air sepanjang perjalanan dari sungai ke rumah tuan si pembawa air.

Selama dua tahun hal itu terus terjadi, si pembawa air setiap hari selalu hanya berhasil membawa satu setengah bejana air. Tentu saja bejana yang sempurna itu bangga dengan hasil yang di capainya, sesuai dan sempurna sebagaimana selayaknya ia di ciptakan.
Tetapi bejana yang retak malu pada ketidak sempurnaan yang ada pada dirinya dan merasa sedih karena ia hanya mampu membawa setengah dari jumlah yang seharusnya.

Setelah waktu dua tahun berlalu dengan merasakan pahitnya kegagalan, suatu hari di tepi sungai si bejana retak berkata kepada si pembawa air, " Aku malu terhadap diriku dan aku ingin minta maaf kepadamu." " Kenapa?, apa yang membuatmu merasa malu?" tanya si pembawa air.
" Selama dua tahun ini aku hanya mampu membawa setengah dari yang seharusnya aku bawa. semua ini karena retakan di tubuhku yang mengakibatkan air keluar lagi selama perjalananmu kembali dari sungai kerumah tuanmu. Karena cacatku ini, kamu tidak mendapatkan nilai yang setimpal dengan tenaga yang kamu keluarkan." kata si bejana retak.

Si pembawa air merasa iba kepada si bejana tua yang retak itu dan dengan penuh kasih ia berkata,
" Saat nanti kita berjalan menuju ke rumah tuanku, aku mau kamu memperhatikan bunga- bunga indah di jalan setapak sepanjang perjalanan pulang."

Memang ketika mereka mulai menaiki bukit, si bejana tua melihat sinar mentari menyinari bunga- bunga liar yang tumbuh indah di sisi jalan setapak. Hal itu membuat ia sedikit terhibur. Di akhir perjalanan ia masih merasa bersalah karena setengah dari bawaannya telah mengucur keluar, ia kembali meminta maaf. Kemudian si pembawa air itu berkata kepada bejana itu,

" Apakah kamu menyadari bahwa bunga- bunga di sepanjang jalan setapak itu hanya ada pada sisi dimana engkau ada, tapi tidak ada di sisi bejana yang satu lagi?".Itu karena aku selalu tahu mengenai cacatmu dan aku mengambil keuntungan darinya. Aku menanam benih- benih bunga di sepanjang sisi jalan di mana kamu ada dan setiap hari ketika kita kembali dari sungai, kamu menyirami mereka.
Selama dua tahun aku bisa memetik bunga- bunga indah itu untuk menghiasi meja tuanku. Kalau kamu tidak menjadi sebagaimana kamu ada, tuanku tidak akan pernah menikmati keindahan bunga- bunga itu yang turut menyemarakkan rumahnya."

Setiap dari kita memiliki kecacatan yang unik. Kita semua adalah bejana yang retak. tapi bila kita mengijinkan hal itu ada pada diri kita, Tuhan kita akan menggunakan kecacatan itu untuk menyemarakkan " MejaNya". Dalam prinsip ekonomi Allah yang luar biasa tidak ada yang terbuang percuma.

Maka ketika kita mencari cara untuk melayani bersama dengan saudara seiman yang lainnya dan ketika Allah menunjukmu untuk mengerjakan bagian yang di berikan kepadamu, jangan takut dengan kecacatan yang ada pada dirimu. akui itu dan biarkan Allah mengambil keuntungan darinya.
Maka kamupun bisa menjadi penyebab keindahan yang ada disepanjang jalan yang Ia buat.
Jalanilah dengan berani, karena kita tahu bahwa dalam kelemahan kita, kita akan menemukan kekuatanNya.

Gog Bless...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar